Tak Banyak yang Tahu, Nama Lengkap Puan Maharani Punya Arti Unik



Merdeka.com - Ketua DPR RI Puan Maharani ternyata memiliki nama lengkap yang tak banyak orang tahu, yakni Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi.

Disebutkan, jika semua nama anak dan cucu Bung Karno memang memiliki nama dengan arti yang bermakna, termasuk Puan.

Di salah satu kesempatan wawancara, Puan juga pernah membeberkan arti di balik nama lengkapnya yang ternyata cukup bagus. Simak ulasannya:

Nama Lengkap Puan Maharani

Melalui cuplikan video yang diunggah di akun Tiktok @deppaap_1709, memperlihatkan momen saat Puan Maharani sedang berada di salah satu kesempatan wawancara. Dalam video, ia terlihat ditanya soal makna dari nama lengkapnya oleh pembawa acara.

"Karena cucu cucunya Bung Karno ini pasti namanya itu eh apa ada maknanya diambil dari sanskrit. Nama Puan Maharani itu panjangnya apa?," tanya pembawa acara.

puan maharani

Tiktok/@deppaap_1709 ©2023 Merdeka.com

Kemudian, Puan pun langsung membeberkan nama lengkap dan maknanya yang memiliki arti sebagai Putri dari kayangan.

"Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, (artinya) Putri yang turun dari kayangan," kata Puan.

Profil Puan Maharani

Terlahir dari keluarga politisi, membuat Puan sejak kecil sudah terbiasa dengan hingar bingar panggung politik.  Kakeknya, Soekarno, adalah proklamator kemerdekaan RI. Sementara ibunya Megawati Soekarnoputri, adalah Presiden kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan. Kini, ia semakin mantap terjun ke panggung politik bersiap diri menjadi penerus dinasti Soekarno.Wanita kelahiran Jakarta, 6 September 1973 ini merupakan anak ketiga Megawati Soekarnoputri, atau anak pertama Megawati dari suaminya Taufiq Kiemas.

Video

Berikut videonya:

@deppaap_1709

Siapa yang baru tau?? 

#puan #puanmaharani #puanmaharani #puanchan #ketuadprri #puan #puanmaharani #puanchan #puanchan🗿 #puanmaharani #puanmaharani #ketuadpr #ketuadprri #meme #megachan #viral #kangbakso #kangbaksoberaksi #kangbaksobaik ♬ suara asli  - king plat KT (mdk/khu)

Source

Koran Manado - Bakar Semangat Kader PDI Perjuangan Menangkan Ganjar Pranowo Presiden 2024, Puan Maharani : Kita Harus Solid Bergerak



Puan Maharani dan Ganjar Pranowo kompak untuk memenangkan Pemilu 2024 (foto ist)


JAKARTA, KORANMANADO.CO.ID – Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.Sos mengajak seluruh kader PDI Perjuangan untuk menangkan Ganjar Pranowo sebagai Presiden RI pada Pemilu 2024 mendatang. 

Hal tersebut dikatakan Puan dengan semangat berapi-api dihadapan ratus ribu kader PDI Perjuangan yang memadati Gelora Bung Karno (GBK) pada puncak kegiatan Haul Bung Karno, Sabtu,(24/06/23).

Pada kesempatan bersejarah te4sebut Puan menjelaskan mengapa setiap bulan Juni bangsa Indonesia merayakan bulan Bung Karno.

Karena di bulan Juni ada tiga perisitiwa penting untuk bapak bangsa Ir Soekarno. Pertama 6 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Bung Karno. 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

“Bahkan peristiwa bersejarah dan monumental 1 Juni 1945 tersebut kemudian telah ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2016 menjadi peringatan hari lahirnya Pancasila,” ucap Puan

Kemudian pada 1 Juni 1970 bapak Proklamator Ir Soekarno wafat kembali kepada sang ilahi. Sampai akhir hayat Bung Karno sudah memberikan segala apa yang Ia.milik untuk bangsa dan negara Indonesia, seperti yang selalu Ia ungkapkan sebagai Dedication Of Life.

“Hari ini GBK menjadi saksi lautan manusia yang hadir. Lihat ke kiri, lihat ke kanan lihat sekelilingi hari ini kita merahkan GBK. Dan ini bukti keluarga besar PDI Perjuangan dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Rote semuanya saling bergerak untuk PDI Perjuangan,” kata Puan yang disambut dengan tepuk tangan dari para Kader PDI Perjuangan yang datang dari seluruh Indonesia.

Lanjut Puan, dengan pasang surut, terpaan gelombang, PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan ibu Megawati dapat tetap kokoh berdiri dengan tegak, solid bergerak memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita luhur tujuan negara Indonesia.

“Negara Indonesia milik kita semua satu suku, bukan satu golongan, bukan untuk satu agama tetapi Indonesia untuk semua anak bangsa tumpah darah Indonesia,” ucap Puan berapi-api.

Lagi kata Puan, semua yang berkumpul disini bukan sekedar berkumpul tapi mempunyai tujuan yang luhur untuk bangsa Indonesia.

“Hari ini kita meneguhkan hati, bekerja keras dengan api semangat yang tak pernah padam, menangkan PDI Perjuangan bersama calon presiden Ganjar Pranowo,” tegas Puan sambil memanggil calon high-level Ganjar Pranowo untuk menyapa semua kader yang ada di GBK.

Usai sambutan dari Puan Maharani dilanjunkan dengan sambutan Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Hj Prof Megawati HC kemudian sambutan dari Presiden Indonesia Ir Joko Widodo.

Puncak Bulan Karno ini dihadiri Partai Pendukung Capres Ganjar Pranowo yakni, Ketua Umum Partai Perindo Harry Tanoe Sudibyo, Ketua Umum PPP M Mardiano, Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang. Turut hadir Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zukifli Hasan, dan Wakil Ketua Umum PKB. (ferry)


Source

Coba Sentuh Hati Puan Maharani, Ratusan PRT Kirim Surat



Coba Sentuh Hati Puan Maharani, Ratusan PRT Kirim Surat

“Kepada Ibu Puan Maharani di Jakarta.

Dengan hormat,

Melalui surat ini, saya atas nama Muniroh, mulai bekerja sebagai PRT sejak Agustus 1986, waktu itu umur saya baru 13 tahun. Sampai saat ini saya sudah bekerja 37 tahun sebagai PRT…”

Inilah petikan surat Muniroh, yang sudah bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) selama 37 tahun sejak ia baru selesai sekolah dasar pada usia 13 tahun. Dalam surat yang dibacakannya di depan Gedung DPR Jakarta, sebelum dimasukkannya ke dalam amplop dan dititipkan kepada petugas untuk diserahkan kepada Ketua DPR Puan Maharani, Muniroh menyampaikan berbagai kekerasan dan pelecehan seksual yang sempat dialaminya.

Itulah sebabnya begitu mendengar kabar tentang keberadaan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang akan mengatur hak dan kewajibannya – termasuk hak untuk mendapat perlindungan hukum, waktu istirahat dan gaji yang lebih layak – Muniroh ikut berjuang untuk menggolkannya.

Hampir setiap Rabu, Muniroh ikut berbagai aksi di depan gedung DPR, di depan Istana, istigosah virtual beramai-ramai, puasa dan lainnya. Mengirim surat adalah salah satu alternatif yang ditempuh Muniroh dan ratusan PRT lain untuk mengetuk hati Puan Maharani agar menyetujui dan mendorong pengesahan RUU PPRT ini.

Ria Restiana, seorang pekerja rumah tangga berusia 33 tahun, yang sudah malang melintang bekerja di rumah hingga di perkantoran sejak masih berusia 15 tahun, menceritakan dalam suratnya bagaimana ia sebagai anak pertama dari empat bersaudara terpaksa mengadu nasib ke Jakarta.

“Saya hanya digaji Rp200 ribu, mengurus tiga anak, kerja 24 jam. Saya keluar sebelum tiga bulan bekerja karena gaji tidak dibayarkan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa,” tulisnya.

Lain lagi dengan Sargini, pekerja rumah tangga di Yogyakarta. “Yang terhormat dan terkasih Ibu Puan Maharani, pemimpin negeri yang tercinta…” demikian ia memulai suratnya, dilanjutkan dengan “tidakkah kau ketahui, kami tidak berpunya dan tidak berdaya. Dalam bekerja tidak lepas dari caci maki, tuduhan, pukulan, siksaan yang menyebabkan hilangnya fungsi anggota badan, bahkan ada yang nyawanya melayang. Mungkin pula engkau tidak percaya banyak perlakuan keji, tidak manusiawi oleh pemberi kerja terhadap diri kami, yang selalu mengalah atas perlakuan ini. Meskipun seluruh tenaga dan kasih sayang telah terkuras untuk mereka – pemberi kerja.”

Sebagaimana rekan-rekannya dari berbagai pelosok Indonesia, Sargini menegaskan bahwa yang “menjadi angan dan mimpi tidaklah banyak.” Yaitu “andaikan bisa bekerja dalam situasi aman, nyaman, ada kebahagiaan karena kami bekerja ada yang melindungi.”

Hampir 20 Tahun Mandek di DPR

RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT), yang diajukan pada tahun 2004 ke DPR, dinilai penting karena menarget hampir empat juta pekerja rumah tangga, yang 12 persen di antaranya berumur di bawah 18 tahun. Data BPS tahun 2008 menunjukkan 90 persen pekerja ini adalah perempuan.

Berbeda dengan profesi lainnya, pekerja rumah tangga memiliki karakteristik yang unik dan spesifik, terkait waktu dan tempat kerja, serta hubungannya dengan pemberi kerja. Perkembangan waktu dan dinamika dalam masyarakat tidak lagi memandang PRT sebagai pelayan atau helper, tetapi sebagai pekerja atau worker yang sedianya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan profesi lain, terutama untuk mendapat perlindungan negara berdasarkan penghormatan dan penegakan hak asasinya.

Salah satu isu penting yang dimasukkan dalam RUU ini adalah pemenuhan hak sebagai pekerja dan kepastian hukum yang mengatur hubungan antara pekerja rumah tangga, pemberi kerja, pemerintah dan pihak lain yang terkait.

Dalam beberapa wawancara dengan VOA, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR, yang juga Ketua Panita Kerja RUU PPRT, Willy Aditya, berulangkali menegaskan bahwa pembahasan RUU ini di tingkat Badan Legislasi (Baleg) sudah selesai sejak 1 Juli 2020.

“Tujuh fraksi mendukung dan dua fraksi menolak, tetapi RUU itu telah disampaikan kepada pimpinan DPR untuk ditindaklanjuti dalam rapat paripurna guna disetujui sebagai RUU usul inisiatif DPR,” ujarnya.

Dua fraksi yang disebut-sebut menolak RUU PPRT ini adalah fraksi Partai Golkar dan fraksi Partai PDI-Perjuangan.

Jokowi Dorong Pengesahan RUU PPRT, Puan Enggan

Tak hanya Baleg DPR, Presiden Joko Widodo pada akhir Januari lalu juga mendorong penetapan segera RUU PPRT. “Saya perintahkan kepada Menkum HAM dan Menteri Ketenagakerjaan untuk segera melakukan koordinasi dan konsultasi dengan DPR dan semua stakeholder. Saya berharap RUU PPRT bisa segera ditetapkan dan memberi perlindungan yang lebih baik bagi pekerja rumah tangga, pemberi kerja dan penyalur kerja,” ujar Presiden Jokowi dalam telekonferensi pers di Jakarta pada 18 Januari lalu.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah berulangkali mengatakan bahwa RUU PPRT ini diperlukan karena “saat ini payung hukum terkait pekerja rumah tangga baru berbentuk Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 2 Tahun 2015. Kami memandang diperlukan peraturan yang lebih tinggi di atas peraturan menteri itu.”

Namun, Ketua DPR Puan Maharani berbeda sikap dengan Presiden Joko Widodo terkait RUU PPRT ini. Sehari setelah pernyataan Presiden itu, Puan mengisyaratkan keengganannya untuk “terburu-buru” mengesahkan RUU itu.

“Sejak awal periode DPR sekarang ini, kami mengedepankan untuk bisa melaksanakan pembahasan undang-undang itu secara berkualitas, tidak terburu-buru… Lebih baik berkualitas daripada kuantitas, dan itu tentu saja dengan membuka ruang seluas-luasnya untuk bisa menerima masukan dari publik dan elemen bangsa lebih dulu,” ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR Jakarta pada 19 Januari lalu.

Willy Aditya: “Ada Something Wrong”

Willy Aditya membantah jika dinilai “terburu-buru” karena, ujarnya, pembahasan RUU PPRT yang diusulkan sejak tahun 2004 ini sudah selesai dibahas di Baleg DPR pada 1 Juli 2020.

“Ini bukan buru-buru. Ini sangat, bukan lelet ya, tapi dari bulan Juli 2020 sudah diputuskan Baleg. Artinya khan ada something wrong,” ujar Willy.

Eva Sundari: “Kita Sudah by All Means

Ketua Institut Sarinah, yang juga mantan anggota DPR dari fraksi PDI-Perjuangan Eva Sundari mengatakan sudah melakukan berbagai cara untuk mendorong pengesahan RUU PPRT ini, “kita sudah by all by means of yaa.. dengan segala cara.”

Ia menyebut berbagai upaya yang dilakukan beragam kalangan, mulai dari berunjukrasa, doa bersama teman-teman Katholik, istighotsah bersama teman-teman KUPI (Konferensi Ulama Perempuan Indonesia.red), beramai-ramai berpuasa dan berdoa, berdemonstrasi dengan membawa alat masak dan serbet, hingga mengirim surat.

“Cara spiritual sudah, relijius sudah, material sudah. Dan teman-teman PRT itu mempertaruhkan diri juga untuk minta izin supaya ikut demo, atau datang ke DPR lho! Majikannya kan jadi bertanya masa terus-terusan minta izin. Semua pihak sudah memberikan maksimal yang mereka bisa untuk meyakinkan Mbak Puan. Semua lini! Mulai dari pemerintah, presiden dan menteri-menteri, aktivis-aktivis, PRT sendiri hingga korban,” ujar Eva.

Politisi senior ini berharap dengan surat-surat yang dikirim dari berbagai pelosok Indonesia ini maka “Mbak Puan terbuka hatinya dan segera menjadwalkan breeze yang ada untuk dibahas di sidang paripurna.”

VOA telah berupaya keras mewawancarai Puan Maharani, baik di Jakarta maupun di New York ketika ia menghadiri Pertemuan Antarparlemen dan IPU di markas PBB pada pertengahan Februari lalu. Namun, hingga laporan ini disampaikan upaya itu belum membuahkan hasil.

“Adakah jawaban darimu, wahai pemimpinku?” Apa salah dan dosa kami padamu? Kami tahu kau orang baik, maka jangan kau nodai kebaikanmu dengan membiarkan kami hidup dan bekerja dengan derita,” tanya Sargini, pekerja rumah tangga asal Yogyakarta, dalam suratnya kepada Puan Maharani, sosok penting yang menentukan kelanjutan nasib RUU PPRT ini. [em/ah]


Source

[DISINFORMASI] Foto Puan Maharani dan Megawati Main Judi Slot - 03/03/2023 - Kabar Sanggau



[DISINFORMASI] Foto Puan Maharani dan Megawati Main Judi Slot - 03/03/2023

Penjelasan :

Beredar sebuah unggahan pada platform Facebook yang menampilkan foto Puan Maharani dan Megawati Soekarnoputri. Dalam foto tersebut mereka menunjukkan ponsel berisi tampilan judi slot.

Faktanya, foto tersebut merupakan hasil suntingan. Dikutip dari kompas.com, foto itu merupakan swafoto Puan Maharani dan Megawati Soekarnoputri ketika Lebaran 2022.

Link Counter:


Source

Free Learn How-To Tutorials

Search This Blog

Menu Halaman Statis

About Me